Simposium Penghargaan Satya Wanaraksa : Sebuah Apresiasi Aksi Konservasi

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni (Foto : Kemenhut)

ranjana.id Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Kehutanan bersama dengan Wildlife Conservation Society Indonesia Program, menyelenggarakan Simposium Penghargaan Satya Wanaraksa Tahun 2025 sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan inisiatif para pegiat konservasi dalam upaya perlindungan kelestarian kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam mendorong semangat pegiat konservasi di tengah berbagai tantangan yang dihadapi menggunakan pendekatan Integrated Prevention Model (IPM) yang merupakan model pendekatan pemecahan masalah yang mengadopsi teori Problem-Oriented Policing (POP).

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni dalam sambutan apresiasinya menyampaikan selamat kepada para pemenang penghargaan Satya Wanaraksa 2025. “Saya harap dengan penghargaan ini proses diskursus terus berkembang melalui pendekatan deduksi dari teori textbook dan induksi dari pengalaman lapangan yang menjadi teori-teori baru di internal Kementerian Kehutanan demi mendapatkan perspektif yang lebih fresh untuk perlindungan kawasan serta konservasi tumbuhan dan satwa liar,” ujar Menhut dalam sambutannya, pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Raja Juli juga menambahkan bahwa simposium ini bukan sekedar ajang presentasi, tetapi juga merupakan ruang refleksi dan inspirasi. Dari sini dapat dilihat bagaimana pengalaman empirik di tapak dalam menghadapi kompleksitas konflik, ancaman perburuan, hingga upaya restorasi yang mampu melahirkan inovasi yang berdaya guna dan memantik perubahan.

Sebagai tahapan dari kegiatan ini, telah diselenggarakan sesi simposium untuk 6 (enam) finalis yang terpilih dari 41 pendaftar untuk mempresentasikan hasil tulisan mereka sesuai dengan tahapan S.A.R.A (Scanning – Analysis – Response – Assessment) di depan para Panelis sebagai penentu pemenang penghargaan. Melalui seleksi dan penjurian yang sangat ketat, Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan judul karya tulis Menjaga Alam Tetap Bersuara “Mengatasi Perburuan Burung di RPTN Biha TNBBS melalui Strategi Kelola Sosial dan Kelola Kawasan” terpilih menjadi Juara 1 Penghargaan Satya Wanaraksa Tahun 2025 menyisihkan 5 finalis lainnya.

Acara Simposium Penghargaan Satya Wanaraksa yang berlangsung di Auditorium Dr. Ir. Soejarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, dihadiri oleh sekitar 300 orang yang terdiri atas perwakilan akademisi dari Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor, para mitra, serta Pejabat dan staf Kementerian Kehutanan. Acara ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Ditjen KSDAE dan Zoom untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Pada kesempatan tersebut, Dirjen KSDAE, Satyawan Pudyatmoko menjelaskan bahwa penghargaan ini diberikan kepada pegiat konservasi baik dari pemerintah maupun non pemerintah yang telah menunjukkan kontribusi nyata dalam upaya konservasi yang diwujudkan dalam penulisan karya tulis melalui kompetensi ini, Ditjen KSDAE ingin membangun budaya literasi di tengah tantangan disturbing era media sosial.

Satyawan menambahkan, “Kami bangga melihat semangat inklusif dan adaptif yang tumbuh dari karya para finalis. Model seperti Integrated Prevention Model yang mengintegrasikan sistem perlindungan dan pengamanan hutan dari hulu ke hilir bukan hanya untuk mencegah, tapi juga mengendalikan ancaman terhadap kawasan.”

Harapannya, penghargaan Satya Wanaraksa dapat menginspirasi dan menginisiasi kegiatan konservasi di tempat lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan komitmen menjaga kelestarian di kawasan konservasi, serta menjadi agenda tahunan Direktorat Jenderal KSDAE.

Sebagai informasi, Penghargaan Satya Wanaraksa menjadi bagian dari rangkaian Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Tahun 2025, yang diselenggarakan setiap tahun untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya konservasi sumber daya alam. (*)