Perjalanan Karir Slank: Dari Gang Potlot Hingga Legenda Rock Indonesia

ranjana.id Slank didirikan pada 26 Desember 1983 oleh sekelompok remaja di Jakarta yang awalnya bermain musik untuk kesenangan. Nama “Slank” sendiri berasal dari plesetan kata “slang” yang berarti bahasa gaul, mencerminkan gaya hidup dan musik mereka yang santai namun penuh energi.

Formasi awal Slank terdiri dari :

  • Bimbim (drums)
  • Kaka (vokal)
  • Denny (gitar)
  • Bongky (bass)
  • Indra (keyboard)

Mereka sering manggung di kafe-kafe kecil dan acara sekolah. Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Mereka sempat ditolak berbagai label musik sebelum akhirnya merilis album pertama.

Terobosan: Album Suit-Suit… Hehehe (1990–1995)

Slank mulai dikenal luas setelah merilis album “Suit-Suit… Hehehe” (1990) di bawah label ProSound. Hits seperti “Bang Bang Tut” dan “Mawar Merah” langsung populer di kalangan anak muda. Gaya musik mereka yang energik, lirik yang sederhana namun menggugah, serta penampilan yang “nyentrik” membuat Slank cepat menjadi ikon musik rock Indonesia.

Namun, di tengah kesuksesan, terjadi pergantian personel. Kaka keluar dan digantikan oleh Bimbim yang beralih dari drum menjadi vokalis. Pay (bass) dan Ivanka (gitar) bergabung, memperkuat formasi Slank di era 90-an.

Era Keemasan: Generasi Biru hingga Tujuh (1996–2005)

Slank semakin matang dengan album “Generasi Biru” (1996), yang melahirkan hits seperti “Ku Tak Bisa” dan “Balikin”. Album ini menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah musik Indonesia.

Di tahun 1997, mereka merilis “Lagunya Lagi”, diikuti “Tujuh” (1998) yang menjadi simbol perlawanan di masa reformasi. Lagu “I Miss You But I Hate You” dan “Sepatu” semakin mengukuhkan Slank sebagai band dengan lirik yang kritis namun tetap menghibur.

Eksperimen dan Konsistensi (2006–Sekarang)

Slank terus bereksperimen dengan berbagai genre, dari rock, blues, hingga reggae. Album seperti “Slankissme” (2005), “Anthem for the Broken Hearted” (2008), dan “Kotak Hitam” (2021) menunjukkan perkembangan musik mereka.

Mereka juga aktif dalam kampanye sosial, seperti “Indonesia Banget” dan konser amal untuk korban bencana. Slank tidak hanya menjadi band musik, tetapi juga simbol pergerakan anak muda.

Warisan Slank: Tetap Relevan Hingga Kini

Dengan lebih dari 30 album, ribuan konser, dan jutaan penggemar (disebut “Slankers”), Slank tetap eksis di industri musik selama hampir 40 tahun. Mereka membuktikan bahwa konsistensi, kreativitas, dan kedekatan dengan fans adalah kunci panjang umur di dunia musik.

Slank bukan sekadar band, mereka adalah legenda hidup yang terus menginspirasi generasi demi generasi. (Redaksi)