ranjana.id – Metallica adalah salah satu band metal paling berpengaruh sepanjang sejarah musik. Dengan lebih dari empat dekade berkarya, mereka telah menciptakan beberapa album legendaris, memenangkan banyak penghargaan, dan menginspirasi jutaan musisi di seluruh dunia. Berikut adalah perjalanan karir Metallica, dari awal terbentuk hingga menjadi raksasa metal dunia.
Awal Mula (1981–1983): Kelahiran Thrash Metal
Metallica didirikan pada tahun 1981 oleh James Hetfield (vokal, gitar) dan Lars Ulrich (drum) di Los Angeles, California. Mereka terinspirasi oleh band-band New Wave of British Heavy Metal (NWOBHM) seperti Iron Maiden dan Diamond Head, serta punk rock seperti The Misfits.
Tak lama kemudian, Dave Mustaine (gitar) dan Ron McGovney (bass) bergabung, menyempurnakan formasi awal. Metallica mulai menciptakan musik yang lebih cepat dan agresif, yang kemudian dikenal sebagai thrash metal.
Pada tahun 1983, mereka merilis album debut, “Kill ‘Em All”, yang menjadi fondasi thrash metal. Namun, sebelum album dirilis, Mustaine dipecat karena masalah perilaku dan digantikan oleh Kirk Hammett (ex-Exodus). McGovney juga digantikan oleh Cliff Burton, seorang bassis berbakat yang membawa pengaruh besar pada musik Metallica.
Era Keemasan (1984–1991): Masterpiece Thrash Metal
Dengan formasi Hetfield, Ulrich, Hammett, dan Burton, Metallica merilis “Ride the Lightning” (1984) dan “Master of Puppets” (1986), dua album yang dianggap sebagai mahakarya thrash metal. Lagu seperti “For Whom the Bell Tolls”, “Fade to Black”, dan “Master of Puppets” menjadi klasik abadi.
Tragedi terjadi pada 27 September 1986, ketika Cliff Burton tewas dalam kecelakaan bus tur di Swedia. Metallica sempat terpukul, tetapi memutuskan melanjutkan dengan merekrut Jason Newsted (ex-Flotsam and Jetsam) sebagai bassis baru.
Pada 1988, mereka merilis “…And Justice for All”, album yang lebih kompleks secara teknis. Single “One” menjadi hit besar dan membawa Metallica ke mainstream.
Breakthrough Mainstream (1991–2000): The Black Album dan Perubahan Arah
Pada 1991, Metallica merilis “Metallica” (The Black Album), yang menjadi titik balik besar. Album ini lebih melodis tetapi tetap berat, dengan hits seperti “Enter Sandman”, “Nothing Else Matters”, dan “The Unforgiven”.
“The Black Album” sukses secara komersial, terjual lebih dari 30 juta kopi worldwide, dan membawa Metallica ke puncak ketenaran global. Namun, beberapa fans lama mengkritik perubahan sound mereka yang lebih “radio-friendly”.
Di akhir 1990-an, Metallica bereksperimen dengan nu-metal dan alternative rock di “Load” (1996) dan “Reload” (1997), yang memicu perdebatan di kalangan fans.
Turbulensi dan Kebangkitan Kembali (2001–2016)
Awal 2000-an adalah masa sulit bagi Metallica. Jason Newsted keluar pada 2001, dan band sempat vakum sebelum merekrut Robert Trujillo (ex-Ozzy Osbourne) sebagai bassis pada 2003.
Mereka juga menghadapi kontroversi karena tuntutan hukum terhadap Napster (layanan berbagi file), yang dianggap merugikan musisi.
Pada 2008, Metallica kembali ke akar thrash metal dengan “Death Magnetic”, yang mendapat pujian kritikus. Mereka juga merilis kolaborasi dengan Lou Reed, “Lulu” (2011), yang menuai kritik pedas.
Era Modern (2016–Sekarang): Warisan yang Terus Berlanjut
Metallica membuktikan bahwa mereka masih relevan dengan merilis “Hardwired… to Self-Destruct” (2016), yang kembali ke sound klasik mereka.
Mereka terus melakukan tur dunia, termasuk konser “S&M2” bersama Orkestra San Francisco. Pada 2023, mereka merilis “72 Seasons”, album studio ke-11 yang mendapat sambutan hangat.
Warisan Metallica
- Lebih dari 125 juta album terjual di seluruh dunia.
- 9 Grammy Awards dan masuk Rock & Roll Hall of Fame (2009).
- Dianggap sebagai salah satu “Big Four of Thrash Metal” (bersama Slayer, Megadeth, dan Anthrax).
Metallica tidak hanya bertahan, tetapi terus berkembang, membuktikan bahwa mereka adalah legenda sejati dalam dunia musik metal. (Redaksi)