Menteri PPPA Prihatin 2 Anak Jadi Korban Dalam Insiden Perusakan Rumah Doa Di Padang

Menteri PPPA, Arifah Fauzi (Foto : Kemen PPPA)

ranjana.id Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden perusakan rumah doa jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah Padang yang mengakibatkan dua anak terluka. Insiden ini merupakan pelanggaran serius terhadap hak anak atas pendidikan dan lingkungan yang aman.

“Kami sangat menyayangkan atas terjadinya insiden di Padang. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan keagamaan, tanpa rasa takut atau ancaman. Insiden ini menyisakan trauma bagi anak-anak yang menjadi saksi langsung kekerasan. Kekerasan dan tindakan intoleran seperti ini dapat menimbulkan luka psikologis yang mendalam dan berdampak panjang pada tumbuh kembang mereka. Anak-anak harus tumbuh dan belajar dalam suasana damai, bukan dalam ketakutan,” ujar Menteri PPPA.

Menteri PPPA mengapresiasi langkah cepat Wali Kota Padang yang telah menjamin akan mengawal proses pemulihan serta memberikan pendampingan psikologis. Ia menyampaikan pendampingan profesional sangat dibutuhkan untuk memastikan mereka dapat pulih dan kembali merasa aman.

“Kami mengapresiasi respons sigap dari Pemerintah Kota Padang yang menegaskan komitmennya untuk mengawal kegiatan pembinaan dan pendidikan agama di rumah doa itu agar dapat kembali berjalan aman dan menjamin pendampingan psikologis bagi anak-anak korban melalui dinas sosial. Ini adalah contoh baik bagaimana pemerintah daerah harus hadir dan bertindak cepat dalam melindungi warganya, khususnya anak-anak,” kata Menteri PPPA.

Menteri PPPA menyampaikan pihaknya akan memantau proses penanganan kasus ini, termasuk langkah hukum terhadap para pelaku. Ia menekankan pentingnya penegakan hukum untuk memberikan keadilan kepada korban serta mencegah terulangnya kekerasan serupa di masa depan.

“Kemen PPPA akan terus memantau proses pendampingan anak-anak korban serta mendorong koordinasi lintas sektor agar kejadian serupa tidak terulang. Toleransi bukan hanya slogan, tapi harus menjadi nilai yang diwujudkan dalam setiap tindakan, terutama saat menyangkut kepentingan terbaik anak. Tidak ada kompromi terhadap kekerasan, terlebih jika itu menyasar anak,” ujar Menteri PPPA.

Menteri PPPA menyampaikan peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat menjaga ruang aman bagi anak tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua atau guru, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Ia mendorong semua pihak untuk memperkuat komunikasi lintas agama demi mencegah potensi konflik serupa.

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama saling menjaga dan memberikan perlindungan bagi anak di lingkungan terdekat. Peran masyarakat sebagai lingkungan sosial tempat anak bertumbuh dan berkembang juga memiliki andil besar dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Kami juga mendorong agar masyarakat segera melapor kepada pihak berwenang atau melalui hotline SAPA 129 pada nomor 129 atau WhatsApp 08-111-129-129 jika mengalami atau melihat kekerasan terhadap anak,” pungkas Menteri PPPA.

Sebelumnya, kasus ini bermula saat massa mendatangi dan membubarkan kegiatan jemaat Kristen GKSI Anugerah Padang. Salah satu video yang viral menunjukkan para pria, sebagian membawa kayu, berteriak-teriak memaksa jemaat keluar dari rumah doa. Mereka memecahkan kaca jendela dengan kayu, membongkar pagar, dan menghancurkan kursi plastik, serta berbagai fasilitas lainnya. Jemaat yang panik bergegas keluar dari rumah doa. Anak-anak pun menangis ketakutan. Setelah rumah doa kosong, warga terus melakukan perusakan. (*)