Loetoeng Kasaroeng, Film Pertama Di Indonesia Yang Diproduksi Tahun 1926

ranjana.id Sebagai negara dengan industri film yang terus berkembang, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam dunia perfilman. Film pertama yang diproduksi di Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng, sebuah film bisu yang dirilis pada tahun 1926. Film ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sinema Indonesia dan menjadi cikal bakal industri film tanah air.

Sejarah Pembuatan Loetoeng Kasaroeng

Loetoeng Kasaroeng diproduksi oleh NV Java Film Company, sebuah perusahaan film yang didirikan oleh L. Heuveldorp, seorang sutradara dan produser Belanda. Film ini diadaptasi dari legenda Sunda yang berjudul Lutung Kasarung, sebuah cerita rakyat tentang seorang pangeran yang berubah menjadi lutung (monyet) dan jatuh cinta pada seorang putri cantik.

Film ini dibuat dengan teknologi bisu (tanpa suara) dan masih menggunakan intertitel (teks yang muncul di layar untuk menjelaskan dialog atau narasi). Meskipun diproduksi oleh orang Belanda, film ini melibatkan banyak pemain lokal dan menjadi salah satu upaya awal untuk mempopulerkan cerita Nusantara melalui medium film.

Para Pemain Loetoeng Kasaroeng

Karena film ini dibuat pada era bisu, tidak banyak informasi yang terdokumentasi dengan baik tentang para pemainnya. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa aktor dan aktris yang terlibat berasal dari kalangan bangsawan dan seniman lokal. Berikut beberapa nama yang dipercaya terlibat dalam film ini :

  • Martoana sebagai Purbasari (putri cantik yang dicintai oleh Lutung Kasarung)
  • Oemar sebagai Guru Minda (tokoh antagonis dalam cerita)
  • Soekria sebagai Lutung Kasarung (pangeran yang berubah wujud)

Sayangnya, tidak banyak dokumentasi yang tersisa dari film ini, termasuk adegan-adegan aslinya. Namun, Loetoeng Kasaroeng tetap diakui sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia.

 

Warisan Loetoeng Kasaroeng dalam Industri Film Indonesia

Meskipun teknologi film saat itu masih sangat sederhana, Loetoeng Kasaroeng membuka jalan bagi perkembangan industri perfilman di Indonesia. Setelah film ini, mulai bermunculan produksi film lokal lainnya, seperti Eulis Atjih (1927) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).

Kisah Lutung Kasarung sendiri telah beberapa kali diadaptasi ulang, baik dalam bentuk film, sinetron, maupun pertunjukan tradisional. Film pertama ini menjadi bukti bahwa cerita-cerita Nusantara memiliki daya tarik yang kuat dan layak untuk diangkat ke layar lebar.

Loetoeng Kasaroeng (1926) adalah film pertama Indonesia yang mengawali sejarah panjang industri perfilman tanah air. Meskipun dibuat dengan teknologi sederhana, film ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia sejak dulu memiliki minat besar terhadap dunia hiburan visual. Hingga kini, warisan film ini terus menginspirasi sineas Indonesia untuk berkarya dan melestarikan cerita-cerita lokal. (Redaksi)