Ketum KASBI: Marsinah Dianugerahi Sebagai Pahlawan Nasional, Namun Tidak Harus Disandingkan Dengan Diktator Orde Baru

Poster Marsinah Selalu Dibawa Dalam Setiap Perjuangan Buruh Anggota Konfederasi KASBI (Foto : KASBI)

ranjana.idPenganugerahan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 116/TK/2025 adalah kewajiban Negara Indonesia atas dedikasi dan keberanian buruh perempuan dalam membela hak-haknya hingga mengorbankan nyawanya.

Namun, Ketua Umum (Ketum) Konfederasi KASBI, SUnarno sangat menyayangkan dimana saat Marsinah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, harus disandingkan dengan mantan pemimpin diktator Orde Baru Soeharto selama 32 tahun membuat kerusakan sistemik di Indonesia. Bahkan korupsi, kolusi dan nepostisme (KKN) yang diwarisi Soeharto masih menyebabkan kerusakan sistemik bagi Indonesia.

“Pengangkatan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional adalah bentuk pelecehan terhadap sejarah dan nalar kritis aktivis maupun elemen gerakan rakyat dalam peristiwa Reformasi 98, apalagi harus disandingkan dengan Marsinah”, kata Sunarno dalam rilisnya (10/11/2025).

Menurut Ketum KASBI itu, Marsinah yang merupakan seorang buruh perempuan justru diculik, disiksa dan dibunuh secara biadab oleh kaki tangan Orde Baru pimpinan Soeharto, karena dianggap sebagai provokator dalam aksi mogok kerja buruh di pabrik arloji, di Sidoarjo yang menuntut perbaikan hak-hak normatif dan kesejahteraan buruh.

“Hingga kini kasus penyelidikan pembunuhan Marsinah bertahun-tahun masih menjadi misteri, kendati sudah mereda namun sampai sekarang pengusutanya belum tuntas dan terang benderang”, ucap Sunarno.

Ia menjelaskan bahwa benar kaum buruh memang menuntut agar Marsinah dijadikan Pahlawan Nasional, namun bukan berarti harus menukar dan berkompromi dengan kekejaman pemimpin dikator Orde Baru Soeharto yang di tumbangkan rakyat dalam peristiwa gerakan Reformasi 98 karena pemerintahanya syarat dengan KKN dan represifitas, termasuk kepada kaum buruh.

“Dalam sanubari kami sesungguhnya Marsinah sudah menjadi Pahlawan bagi kaum buruh Indonesia. Maka atas pengangkatan Marsinah sebagai pahlawan nasional tak layak disandingkan dengan diktator Orde Baru, Soeharto, yang juga diberikan gelar Pahlawan Nasional, hari ini”, tegas Sunarno.

“Sekali lagi, peristiwa Reformasi 98 adalah bentuk protes rakyat terhadap Rezim Diktator Orde Baru Soeharto. Mengangkatnya jadi Pahlawan Nasional justru menodai perjuangan Reformasi 98.” pungkasnya (Redaksi)