Kemnaker-KBS Bahas Penguatan K3 Buruh Sawit

Dirjen Binawasnaker Dan K3 Kemnaker, Ismail Pakaya (Foto : Kemnaker)

ranjana.id Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersama Koalisi Buruh Sawit (KBS) berkolaborasi membahas permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan penggunaan agrokimia yang dinilai membahayakan pekerja sawit di Indonesia.

Dirjen Binawasnaker & K3 Kemnaker Ismail Pakaya mengatakan K3 di perkebunan kelapa sawit kerja bukan hanya sangat penting bagi pekerja, namun K3 juga menentukan produktivitas suatu pekerjaan.

“Potensi terjadinya ancaman gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja berhubungan langsung dengan jumlah perilaku berisiko yang dilakukan oleh pekebun dalam setiap pekerjaannya, ” ujar Ismail Pakaya dalam Talk Show ‘Memotret Kondisi Buruh Sawit, Agrokimia dan K3 di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara’ di ruang Tridarma Kemnaker, Jakarta, Selasa (9/12/2025) kemarin.

Menurut Ismail, Kemnaker memiliki komitmen serius terhadap keselamatan kerja buruh sawit dengan menerapkan standar K3 di sektor sawit. Antara lain menerapkan aspek identifikasi bahaya dan penilaian risiko seperti penerapan chemical risk assessment; pelatihan K3 dalam formulasi dan penyemprotan pestisida;dan pemeriksaan dan pengujian udara di lingkungan kerja.

“Dengan menerapkan aturan K3 yang efektif, perusahaan dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja, ” katanya.

Ismail Pakaya menambahkan K3 merupakan kebutuhan utama di sektor sawit. Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih banyak perusahaan belum memenuhi norma K3. “Pelanggaran sering terjadi pada perlindungan pekerja perempuan, keberadaan pekerja anak, hingga risiko kesehatan akibat paparan bahan kimia berbahaya, ” ujarnya.

Koordinator Koalisi Buruh Sawit (KBS) Ismet Inoni mengatakan KBS secara konsisten menyoroti risiko K3 yang dihadapi buruh sawit. Terutama paparan bahan agrokimia berbahaya (pestisida) yang rentan dialami oleh buruh perempuan.

“KBS terus aktif advokasi perbaikan kondisi kerja dan isu K3 bagi buruh sawit di Indonesia. Kami juga terlibat riset mengenai dampak penggunaan bahan agrokimia terhadap buruh di Indonesia, ” katanya. (*)