ranjana.id – Jurusan Administrasi Bisnis Unila dan LSSP (Lingkar Studi Sosial Politik) Cendekia menggelar Diksi (Diskusi Berisi) dengan Tema Ngemas Janji, Menjual Harapan : Bedah Marketing Politik” yang menghadirkan Narasumber Dr. Arif Sugiono, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Umum FISIP Unila sekaligus dosen administrasi Bisnis dan Tiyas Apriza, S.I.P., M.I.P Pengamat Politik Universitas Indonesia Mandiri. Diskusi tersebut dihadiri oleh mahasiswa seluruh jurusan dan berlangsung di FISIP Unila.
Diskusi tersebut memaparkan peranan marketing dalam politik memiliki peranan yang dominan dalam kontestasi politik di Indonesia. Dr. Arif Sugiono S.Sos., M.Si mengatakan perjalanan marketing politik di Indonesia mulai berkembang sejak pemilu pertama setelah reformasi di tahun 2004 dalam perjalanannya marketing politik dimanfaatkan oleh politisi sebagai upaya meyakinkan pemilih dengan janji dan pemberian lainnya sehingga banyak para calon pemilih menjadi tidak rasional dalam menentukan pilihannya. Kemudian menurut Pengamat Politik Universitas Indonesia Mandiri Tiyas Apriza, S.I.P., M.I.P mengatakan Marketing dalam konteks Politik harus bisa dibedakan antara menjual produk atau barang yang ingin dipasarkan sedangkan marketing politik ialah ide atau gagasan yang ingin dilakukan sehingga berdampak pada masyarakat yang tertarik untuk meyakinkan pilihanannya. Selain itu langkah awal dalam marketing politik harus mampu menentukan posisi dari seorang politisi, kemudian dapat menjadi pembeda diantara yang lain dan branding yang kuat sehingga akan menghasilkan brand integrity dan brand image. Pengamat juga mengatakan bahwa setiap yang ingin terjun dalam dunia politik praktis harus memiliki tiga modal yang kuat yaitu modal sosial, modal politik dan modal ekonomi sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian pemilih baik pemilih rasional maupun pemilih yang pragmatis.
Antusias mahasiswa mengikuti diskusi tersebut ditunjukkan dengan banyaknya dialog antara narasumber dan mahasiswa yang hadir sehingga dapat memacu pemikirian yang kritis dan solutif dalam mengahdapi dinamika politik yang sering terjadi dalam pemilu. Kedua pembicara berpesan kepada seluruh mahasiswa yang hadir untuk berperan aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi sebagai bekal dan pondasi dasar memberikan solusi dalam mengkritisi pemerintah pada proses demokrasi yang berjalan saat ini baik tingkat nasional maupun tingkatan lokal. (*)