Wamen PPPA Veronica Tan: Sekolah Kampung Gorontalo Bukti Nyata Pembelajaran Inklusif dan Berbasis Alam

Wamen PPPA, Veronica Tan (Foto : Kemen PPPA)

ranjana.id Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan, mengapresiasi inisiatif masyarakat dalam mengembangkan Sekolah Kampung Gorontalo sebagai ruang belajar berbasis alam dan komunitas yang inklusif. Wamen PPPA menilai, Sekolah Kampung menjadi contoh nyata pendidikan alternatif yang mampu menumbuhkan empati sosial, kemandirian, serta kecintaan anak-anak terhadap lingkungan sejak usia dini.

“Sekolah Kampung Gorontalo adalah contoh nyata pendidikan yang tidak hanya membangun kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter. Anak-anak belajar langsung dari alam dengan melukis, bertani, mengenal tanaman, dan memahami bahwa bumi adalah ruang belajar yang harus dijaga. Kami di Kementerian PPPA berkomitmen memastikan setiap ruang belajar menjadi lingkungan yang aman, inklusif, serta bebas dari kekerasan dan diskriminasi,” ujar Wamen PPPA Veronica Tan saat meninjau kegiatan belajar di Sekolah Kampung Gorontalo di Desa Dotuhe, Kamis (9/10/2025) kemarin.

Wamen PPPA menambahkan, Sekolah Kampung hadir untuk memberikan akses yang sama bagi seluruh anak Indonesia, termasuk anak perempuan, agar dapat meraih prestasi terbaiknya.

“Kesempatan untuk berprestasi harus terbuka tanpa perbedaan gender, latar belakang, maupun wilayah asal. Saya juga mengharapkan peran aktif orang tua dan guru dalam menumbuhkan semangat belajar serta percaya diri anak-anak agar mereka berani bermimpi dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” tambah Wamen PPPA.

Pada kunjungan tersebut, Wamen PPPA turut berinteraksi dengan murid-murid dan pengajar, serta ikut menanam berbagai jenis sayuran seperti terong, kangkung, timun, dan cabai di kebun belajar Sekolah Kampung Gorontalo. Ia menilai pendekatan belajar yang diterapkan sekolah ini merupakan inovasi yang dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menghadirkan ruang pendidikan yang ramah anak dan berbasis pengalaman langsung.

Wamen PPPA juga mendorong agar Sekolah Kampung Gorontalo dapat menjadi model percontohan nasional yang menjahit pendekatan pendidikan komunitas dengan program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Model seperti ini bisa dihubungkan dengan kebun komunitas untuk mendukung gizi anak. Kita akan coba kembangkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mandiri berbasis komunitas, terutama yang dikelola oleh perempuan, karena perempuan memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak tumbuh sehat dan bergizi,” pungkas Wamen PPPA.

Sementara itu, Pendiri Sekolah Kampung Gorontalo, Fatrah Halah menyampaikan harapan agar pemerintah dapat bersinergi dan membuka ruang partisipasi bagi sekolah-sekolah komunitas dalam setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

“Harapannya, pemerintah dapat memberi ruang partisipasi yang lebih luas bagi pendidikan alternatif seperti Sekolah Kampung untuk ikut mendorong kebijakan yang responsif gender dan inklusif,” ujarnya.

Sekolah Kampung Gorontalo hingga kini telah bermitra dengan berbagai lembaga seperti Lipu Pustaka Bergerak, Paragon Corp, Komunitas Sampul Belakang, Teater Peneti, Indung Art Project, Green Leaders Indonesia, dan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dalam memperkuat pembelajaran berbasis komunitas dan lingkungan. (*)