Animo Tinggi, Ruang Belajar Tak Cukup : Komite Galang Sumbangan Sukarela

Ruang Kelas SMPN 3 Jabung, Lampung Timur Yang Dibangun Dengan Sumbangan Sukarela Komite Sekolah (Foto : SMPN 3 Jabung)

ranjana.id Kondisi fasilitas di salah satu SMP di wilayah Jabung menjadi perhatian serius, terutama terkait lapangan, mushola, dan pembangunan ruang kelas baru.

Pantauan di lapangan menunjukkan, area lapangan sekolah kini dalam kondisi rusak parah. Lantai semen banyak yang terkelupas dan retak, bahkan sering tergenang saat hujan turun. Akibatnya, siswa tidak bisa memanfaatkan lapangan untuk olahraga maupun kegiatan apel dengan maksimal.

Selain itu, mushola sekolah juga dinilai tidak lagi memadai. Dengan jumlah siswa yang terus bertambah, mushola kecil tersebut tidak mampu menampung jamaah secara bersamaan, sehingga harus dilakukan secara bergiliran.

Sementara itu, pembangunan ruang kelas baru sebenarnya sudah mulai dilakukan. Ide ini muncul dari animo masyarakat yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya di SMP ini, sementara kapasitas ruang belajar yang ada sudah tidak memungkinkan menampung seluruh siswa. Saat ini sekolah memiliki 14 ruang belajar. Idealnya, setiap jenjang membutuhkan lima rombongan belajar (rombel), namun karena keterbatasan, pihak sekolah bahkan harus mengorbankan laboratorium IPA untuk dipakai sebagai ruang kelas darurat.

Jika berbicara soal usulan pembangunan ruang kelas baru, pihak sekolah menegaskan bahwa upaya tersebut sudah dilakukan hampir setiap semester ke instansi terkait. Sayangnya, kondisi keuangan daerah yang masih mengalami defisit anggaran membuat permohonan itu belum bisa direalisasikan.

Proses pembangunan yang sempat diinisiasi melalui sumbangan sukarela pun kini terhenti akibat adanya miskomunikasi segelintir wali murid yang kemudian diperbesar oleh salah satu LSM. Jika pembangunan tidak segera dilanjutkan, maka dipastikan tahun depan pihak sekolah terpaksa menolak banyak calon siswa baru karena keterbatasan ruang kelas.

Ketua Komite Sekolah, Agus Pujianto, S.P., menegaskan bahwa pembangunan ruang kelas baru adalah hasil gotong royong bersama.

“Ini murni ide dari animo masyarakat yang begitu tinggi. Kami sadar kapasitas ruang kelas yang ada sudah tidak cukup, sehingga dibuatlah inisiatif sumbangan sukarela untuk menambah ruang belajar. Tidak ada paksaan, dan nilainya juga tidak dibatasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah, Agus Setiyabudi, S.Pd., MM., menyampaikan apresiasinya atas kepedulian wali murid dan komite sekolah.

“Kami sangat terbantu dengan gagasan ini. Jika ruang kelas baru tidak jadi dibangun, maka tahun depan sudah pasti banyak calon siswa baru yang tidak bisa kami terima karena keterbatasan ruang. Saat ini saja laboratorium IPA terpaksa kami ubah menjadi ruang kelas. Padahal, usulan pembangunan sudah berulang kali kami sampaikan ke pihak terkait, namun kondisi defisit anggaran di Lampung Timur membuatnya belum bisa terealisasi,” tegasnya. (*)