ranjana.id – Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Veronica Tan menghadiri kegiatan Gerakan Indonesia Bermain yang diselenggarakan oleh Yayasan Indonesia Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (YIPABK) dalam rangka Hari Anak Nasional 2025. Wamen PPPA mengajak masyarakat dan partisipasi stakeholders dan dunia usaha untuk menciptakan ruang aman bagi anak Indonesia untuk bermain.
Gerakan Indonesia Bermain 2025 menjadi salah satu upaya positif dalam mendukung pemenuhan hak dasar anak untuk dapat bermain dan mengisi waktu luang di ruang yang aman. Acara yang berlokasi di Taman Budaya Sentul City, Kabupaten Bogor, diisi dengan berbagai macam bentuk permainan yang dilakukan di luar ruangan, seperti board game, carnival game, dan juga permainan tradisional.
“Kegiatan GIB 2025 ini sebenarnya adalah bagian dari acara untuk menyambut peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025. Pada tahun ini Kemen PPPA mengusung konsep desentralisasi, artinya peringatan HAN 2025 tidak terpusat di suatu daerah saja, namun mengajak dan mengkampanyekan agar berbagai daerah di tanah air untuk turut serta merayakan Hari Anak Nasional,” ujar Wamen PPPA.
Ajakan untuk merayakan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 secara serentak di seluruh penjuru tanah air menjadi salah satu bentuk komitmen dan peran serta pemerintah dalam upaya pemenuhan hak dan perlindungan anak, yang telah diamanatkan oleh negara pada Undang Undang No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Acara GIB 2025 yang mengundang anak-anak dari berbagai daerah tersebut, menurut Veronica Tan juga sejalan dengan rangkaian acara Car Free Day (CFD) 2025 yang dilaksanakan pada hari yang sama, Minggu (20/7), dan dihadiri Menteri PPPA dengan mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional pada momentum puncak perayaan Hari Anak Nasional.
“Salah satu tujuan Kemen PPPA melalui perayaan Hari Anak Nasional adalah menghidupkan kembali permainan tradisional dengan mengajak anak-anak, termasuk pada GIB 2025 yang mengajak anak berkebutuhan khusus bermain bersama sebagai usaha menciptakan ruang aman yang inklusif dan agar anak-anak tidak kecanduan bermain gawai terus-menerus,” tegas Veronica Tan. (*)